7 Resolusi Hijau pada Tahun 2015

Daftar isi [Buka]
berkebun bercocok tanam gaya hidup hijau
Bercocok tanam merupakan kegiatan menarik sekaligus bermanfaat yang dapat kita mulai pada tahun ini. (Paula Photo/Shutterstock)
Euforia tahun baru 2015 masih tertanam di benak kita semua. Kebanyakan dari kita telah membuat beberapa resolusi tentang kesehatan, finansial, dan hubungan asmara yang lebih baik dari sebelumnya. Namun, sudahkah kita menyempatkan diri untuk membuat resolusi untuk lebih mejaga kelestarian lingkungan di sekitar kita?

Apakah kamu menyadari dampak kerusakan lingkungan bagi kehidupan makhluk hidup? Jika tidak, lanjutkan membaca. Jika iya, tetapi kamu belum berkontribusi nyata untuk memerangi dampak kerusakan tersebut, silakan lanjut membaca. Merawat dan melestarikan lingkungan tidak mengharuskan kamu untuk menjadi seorang aktivis lingkungan.

Berikut ide-ide resolusi hijau tahun 2015 yang dapat kita tanamkan dan tumbuhkan dalam kehidupan sehari-hari.

1. Kurangi Penggunaan Kantong Plastik 

Punya hobi belanja di swalayan atau pusat perbelanjaan? Tentu kebiasaan tersebut tidak lepas dari kebutuhan kantong plastik yang digunakan hanya satu kali kemudian dibuang ke tempat sampah.

Padahal, jika ditelusuri lebih lanjut, penggunaan kantong plastik secara berlebihan dapat merusak lingkungan bahkan mengancam kehidupan generasi makhluk hidup di masa mendatang.

- Setiap mil persegi lautan mengandung tak kurang dari 46.000 buah plastik yang mengambang di dalamnya.
- Sepuluh persen plastik diproduksi setiap tahun di seluruh dunia berakhir di lautan.
(PBB, 2006)

Solusinya bukan melarang kantong plastik, bukan pula mengalihkannya ke penggunaan kantong kertas dan kompos, melainkan menggantinya dengan tas belanja ramah lingkungan yang dapat digunakan berkali-kali. Cara paling mudah selain menggunakan tas belanja adalah menolak dengan tegas kantong plastik yang diberikan oleh kasir. Terlihat sederhana, tetapi dampaknya bisa sangat signifikan.

Di Indonesia, terdapat gerakan Diet Kantong Plastik yang mengajak masyarakat untuk lebih bijak dalam menggunakan kantong plastik.

2. Pilih Kendaraan Umum

Saya mendukung penggunaan kendaraan umum, terlepas dari segala kekurangannya baik dari segi keamanan maupun kenyamanan penumpang. Saya berpendapat demikian bukan sekadar omong kosong belaka, karena saya berangkat dan pulang kuliah Jakarta-Depok selalu menggunakan jasa Commuter Line ditambah angkot dari stasiun menuju gedung kampus. Di Jakarta pun saya lebih sering menggunakan Trans Jakarta dan angkutan umum lainnya.
pengguna jalan mobil pribadi bus dan sepeda
Lihat perbedaannya! 60 orang pengguna jalan dengan berbagai moda transportasi: Mobil pribadi (kiri), bus (tengah), dan sepeda (kanan). (Sumber gambar: reddit)

Saya selalu ingat ungkapan Walikota Bogota periode 1998-2001, Enrique PeƱalosa, berikut ini:

An advanced city is not a place where the poor move about in cars, rather it's where even the rich use public transportation.

Sebuah kota maju tidak dinilai dari kebiasaan masyarakat miskin menggunakan kendaraan pribadi, akan tetapi kota yang maju ialah tempat orang-orang kaya menggunakan transportasi umum. Di era kepemimpinan Enrique-lah, sistem Bus Rapid Transit (BRT) TransMileno dibuat sehingga mengubah kebiasaan berkendara warga Bogota, Kolombia.

Kadang saya miris melihat anak kecil mengendarai sepeda motor sambil memboncengi teman sebayanya di komplek tempat saya tinggal. Padahal, keperluan mereka tak lebih dari sekadar pergi ke warung atau mengitari komplek.

3. Kurangi Penggunaan Botol Plastik

Sama halnya dengan kantong plastik, botol plastik —pada umumnya digunakan sebagai kemasan air mineral atau berbagai jenis minuman lain— juga dapat berdampak terhadap lingkungan. Solusinya adalah mengurangi pembelian minuman dalam kemasan dan beralih ke kemasan isi ulang.

4. Gunakan Air Secara Bijaksana

Kelangkaan air merupakan salah satu masalah utama yang harus dihadapi masyarakat dunia pada abad 21. Kebutuhan air yang terus meningkat ditambah lagi kurangnya kesadaran masyarakat akan berharganya air bersih bagi kelangsungan hidup makhluk hidup, dinilai sebagai penyebab utama kelangkaan air di beberapa daerah.

5. Perbanyak Jalan Kaki

Tak jarang kita enggan untuk berjalan kaki ke suatu tempat, meskipun itu hanya jajan ke warung depan komplek. Padahal, jalan kaki memiliki banyak manfaat bagi kesehatan.

Saya juga menyukai aktivitas berjalan kaki karena saya sering menemukan hal-hal yang tidak bisa ditemukan ketika menaiki kendaraan.

6. Olahraga Setiap Akhir Pekan

Sementara kita sibuk bekerja (bagi pekerja) dan belajar (bagi siswa dan mahasiswa) mulai Senin hingga akhir pekan. Sedangkan Sabtu atau Minggu biasanya kita mengisi hari sambil bercengkrama dengan keluarga, teman, atau pasangan. Momen itu dapat kita isi dengan olahraga pagi, mulai dari joging mengelilingi komplek atau taman hingga bermain cabang olahraga kesukaan.

Selain menyehatkan tubuh, olahraga juga dapat mengatasi stress setelah satu pekan mejalani pekerjaan.

7. Berkebun

Berkebun bisa dimulai dari proses menanam, merawat memberi pupuk, hingga memanen hasil tanaman. Bagi kamu yang tinggal di pedesaan mungkin tidak terlalu sulit untuk berkebun karena punya pekarangan. Namun, keterbatasan lahan bisa menjadi kendala bagi mereka yang tinggal di perkotaan, termasuk saya.

Bagaimana cara mengatasinya? Kita bisa memanfaatkan lahan kosong di areal rumah. Berkebun tak terbatas oleh media tanah saja, ada cara menanam hidroponik dan aeropoink yang dapat kamu praktekkan.


Informasi seputar berkebun bisa kamu akses di situs resmi Indonesia Berkebun atau ikuti akun twitter IDBerkebun.

Kesimpulan

Demi terwujudnya pemanfaatan serta pelestarian alam bagi generasi sekarang maupun generasi mendatang, maka saya mempunyai komitmen untuk memulai dan melanjutkan gaya hidup hijau seperti tertulis di atas sebagaimana yang diserukan dalam visi misi The Nature Conservancy Program Indonesia.

Apakah kamu memiliki resolusi tahun baru berkaitan dengan pelestarian lingkungan? Curahkan unek-unek kamu di kolom komentar ya. Terima kasih.